Nama : Goa Maria Lourdes Sendangsono
Dibuat : Tahun 1927 � 1929.
Diresmikan : 8 Desember 1929
Oleh : Rama JB. Prennthaler, SJ.
Rama V. Kalken, SJ.
Rama FX. Satiman, SJ.
Pengelola : Pengurus Peziarahan Sendangsono
Alamat : Ds Semagung, Desa Banjaroya, Kec. Kalibawang, Kab.
Kulon Progo, DIY.
Alamat Surat: Promasan, Pos 2 Kalibawang, KP, DIY 55672
SEJARAH SENDANGSONO
Awalnya,
sebutan Sendangsono tidak untuk menyebut suatu nama tempat. Sendangsono
merupakan sebutan untuk sumber air yang berada di bawah pohon Sono.
Istilah Sendangsono merupakan gabungan dua kata, �Sendang� dan �Sono�.
Sendang merupakan istilah Jawa untuk menyebut sumber air. Sono adalah
nama sebuah pohon (baca: Angsana). Oleh karena itu, Sendangsono
merupakan sebutan untuk mata air yang berada di bawah pohon Sono. Dulu,
sebelum nama Sendangsono dikenal, orang sering menyebut sumber air itu
dengan sumber Semagung. Dalam perkembangannya, orang mengenal dengan
nama Sendangsono.
Secara geografis, Sendangsono berada di pegunungan
Menoreh dan beralamatkan di Dusun Semagung, Desa Banjaroya, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sendangsono berbatasan dengan Jawa Tengah kira-kira 30 km dari Kota
Magelang dan 15 km sebelah selatan Muntilan.
Sendangsono sebagai
tempat ziarah merupakan momentum peristiwa lahirnya Gereja (dibaca: umat
katolik) di sekitar Kalibawang. Proses terbentuknya tempat ziarah ini
berkaitan erat dengan perkembangan umat katolik di sekitar Kalibawang.
Perkembangan umat katolik yang pesat mendorong lahir dan berkembangnya
Sendangsono.
Sebelum menjadi tempat ziarah yang berciri katolik,
sumber air di bawah pohon Sono dikenal sebagai tempat keramat. Konon, di
tempat itu digunakan untuk semedi. Masyarakat sekitar yakin ada roh-roh
yang berdiam di tempat itu. Menurut legenda, bila roh-roh terganggu,
mereka akan mencelakai. Konon pula, di pohon Sono itu berdiam seorang
ibu yang bernama Dewi Lantamsari dan anak tunggalnya Den Baguse Samijo.
Dua makhluk itu menjadi �penguasa� daerah itu.
Menurut dongeng kuna
juga, sumber air Semagung juga digunakan sebagai tempat istirahat para
bikshu yang mengadakan perjalanan dari Borobudur ke Boro atau
sebaliknya. Dulu Boro dikenal sebagai biaranya para bikshu meskipun
sekarang ini sudah tidak ada bekasnya. Memang bila dilihat dari
jaraknya, sumber Semagung ini berada di tengah-tengah antara Borobudur
dan Boro.
Pada tanggal 14 Desember 1904, sumber Semagung dipilih
sebagai tempat untuk membaptis. Ketika orang-orang sekitar Semagung
masuk agama katolik, sumber air Semagung digunakan untuk membaptis
(baca: inisiasi masuk katolik) mereka. Tempat yang keramat itu diubah
fungsinya. Sumber air Semagung tidak lagi diperlakukan sebagai tempat
tinggal roh-roh tetapi digunakan sebagai untuk berjumpa dengan Tuhan.
Peristiwa
baptisan itu menjadi awal mula lahirnya umat Katolik yang berciri Jawa.
Dan Sendangsono menjadi monumen sejarah berdirinya umat Katolik di
sekitar Kalibawang. Maka Sendangsono lahir karena umat Katolik lahir dan
berkembang di sana.
http://www.sendangsono.info/mainmessage.php?m=08&y=08&entry=entry080823-063214